Minggu, 16 Juni 2013

Parkiran Fakultas Teknik Unnes



 Parkir  yang berada di depan FT  ini yang di jadikan dengan alakadarnya karena di berlakukan kampus bebas kendaraan bermotor, parkir ini yang kurang layak terlihat penuh dan tidak tertatanya motor. Parkiran pun juga becek pada saat setelah hujan turun. Karena melihat keadaan parkiran yang seperti itu mahasiswa pun banyak yang parkir sembarangan dengan kondisi parkiran yang penuh dan juga karena yang di akibatkan hujan turun yang akhirnya becek. jika kondisi parkiran seperti itu mahasiswa pun tidak terasa nyaman. Untuk itu di bangunlah parkiran yang lebih layak supaya para mahasiswa pun terasa nyaman dengan adanya parkiran yang layak. 
 Jika memang UNNES akan memberlakukan kebijakan transportasi hijau, ada baiknya jauh-jauh hari kawasan parkir sudah siap pakai. Supaya  saat kebijakan transportasi hijau diberlakukan, semua civitas akademika tidak punya alasan untuk tidak mematuhinya. Sehingga pilar-pilar  Konservasi bisa berjalan karena adanya dukungan infrstruktur yang layak. Supaya kita bersama-sama ikut berpartisipasi dan mendukung UNNES sebagai universitas konservasi.

Kamis, 13 Juni 2013

Bus Listrik Sarana Transportasi Ramah Lingkungan



Kita lihat saja seperti apa sarana yang sudah di sediakan apakah sudah layak?
bus unnes
Di lihat dari sarana, Bus Unnes yang digadang-gadang mobile memfalisitasi seluruh mahasiswa masih belum dapat menampung seluruh civitas akademika. Jika nantinya memang semua sarana dan prasarana telah tersedia. Kami percaya unnes mempunyai link  kerjasama yang kuat ke instansi lain dalam menjalankan kebijakan ini. Katanya konservasi tapi kenapa Bus Unnes masih memakai bahan bakar solar, bahan bakar solar dapat menimbulkan asap dan tidak bebas dari polusi. Untuk itu sebaiknya busnya di ganti dengan bus yang ramah lingkungan seperti Bus Listrik Sarana Transportasi Ramah Lingkungan.                          
bus listrik
Meningkatnya kebutuhan akan alat transportasi umum yang lebih ramah lingkungan membuat bus listrik menjadi salah satu alternatif solusi dalam mengurangi polusi. Selain lebih kuat dalam menanjak dan menghadapi medan yang berbukit dan berkelok, mesin bus listrik bekerja lebih baik dan menghasilkan emisi yang rendah sehingga kendaraan ini lebih ramah lingkungan.

Berdasarkan keterangan yang dilansir Green Radio, bus listrik tidak mengeluarkan banyak energi seperti bus diesel. Secara keseluruhan, diperkirakan bus listrik menghemat 30% daya jika dibandingkan dengan bus biasa.

Kampus yang menyediakan infrastruktur bagi bus listrik akan menciptakan sebuah lingkungan yang lebih hijau dan ramah lingkungan. Seperti contohnya negara yang kotanya memakai bus listrik transportasi ramah lingkungan yaitu Cina yang merupakan salah satu negara yang memberikan perhatian besar pada hal ini. Armada bus listrik bernama Ankai telah beroperasi di kota Shanghai sejak tahun 2009 dengan tujuan awal mengurangi tingkat polusi udara. Kota Arnhem yang terletak di Belanda pun mengalami penurunan polusi dan penggunaan sarana publik yang lebih baik oleh masyarakat setelah menyediakan infrastruktur bagi bus listrik.
 
Seperti yang di tertera di atas mungkin akan lebih baik Unnes menggunakan Bus listrik untuk sarana transportasi hijau.

Pengolahan Sampah



Kampus sebagai suatu Lembaga/ Institusi yang fungsinya utamanya menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat, tentunya dalam semua kegiatannya tidak terlepas dari penggunaan kertas yang cukup banyak. Harus diakui bahwa kondisi yang ada selama ini menunjukkan bahwa hampir semua lembaga/institusi baik pemerintah maupun swasta tidak terkecuali lembaga pendidikan sangat boros dalam pemakaian kertas. Hal ini bukan saja akan berdampak pada meningkatnya volume limbah yang dihasilkan di perkotaan secara langsung, dimana pada gilirannya akan memperpendek usia TPA, namun juga secara tidak langsung hal ini akan memboroskan penggunaan sumberdaya alam hutan (kayu).

Pemusnahan limbah kertas dengan cara membakar seperti yang lazim dilakukan bukanlah penyelesaian masalah sampah, bahkan sebaliknya akan menimbulkan masalah baru berupa pencemaran udara, dengan dilepaskannya gas karbondioksida yang dapat memicu meningkatnya pemanasan global. Oleh sebab itu, di dalam lingkungan kampus diharapkan sudah tersedia tempat-tempat sampah sekaligus upaya-upaya pemilahan sampah antara organik & an-organik. Penerapan konsep 4 R (Reduce, Recycle, Reuse dan Repair atau Recovery) merupakan pilihan yang tepat dan bijak dalam mengatasi masalah sampah termasuk di lingkungan kampus.

Sebagai kampus konservasi seharusnya berperilaku bijak terhadap kelestarian lingkungan dengan tidak melakukan pencemaran lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan ke pembuangan sampah tetapi agar dapat menciptakan teknologi pengolahan sampah dan memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang berguna.

Minggu, 02 Juni 2013

Green Campus



Program eco-campus pada dasarnya dilatarbelakangi oleh antara lain bahwa, lingkungan kampus diharapkan harus merupakan tempat yang nyaman, bersih, teduh (hijau), indah dan sehat dalam menimba ilmu pengetahuan; Kemudian lingkungan kampus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem perkotaan tidak sedikit peranan dan sumbangannya bagi meningkatkan maupun dalam menurunkan pemanasan global. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana masyarakat kampus dapat mengimplementasikan IPTEK Bidang Lingkungan Hidup secara Nyata. Oleh karena itu program Eco-Campus adalah Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat kampus sebagai kumpulan masyarakat ilmiah untuk turut serta berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengurangi Pemanasan Global.

Pengertian istilah Eco-Campus/ Green Campus dalam konteks pelestarian lingkungan bukan hanya suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan Pepohonan yang Hijau ataupun kampus yang dipenuhi oleh Cat Hijau, ataupun barangkali karena kebetulan Jaket Almamater kampus yang bersangkutan berwarna hijau, namun lebih jauh dari itu makna yang terkandung dalam eco-campus adalah sejauh mana warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan efisien, misalnya dalam pemanfaatan Kertas, alat tulis menulis, penggunaan Listrik, Air, Lahan, Pengelolaan Sampah, dll. Dimana semua kegiatan itu dapat dibuat neraca dan dapat diukur secara Kuantitatif baik dalam jangka waktu bulanan maupun tahunan.

Indikator Green Campus
Oleh sebab itu, dalam program eco-campus ada beberapa indikator ataupun parameter yang dapat dijadikan sebagai ukuran apakah kampus tersebut telah benar-benar telah mencapai sebutan eco-campus ataupun Green Campus. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

  1. Efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok pengajaran
  2. Efisiensi pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
  3. Efisiensi penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape)
  4. Efisiensi penggunaan listrik
  5. Efisiensi penggunaan Air
  6. Efisiensi pemakaian sumber daya alam
  7. Upaya kontribusi pengurangan pemanasan Global

Apakah UNNES sudah memenuhi faktor-faktor tersebut?

Selasa, 28 Mei 2013

KEBIJAKAN PARKIR KAMPUS KONSERVASI



Penerapan kebijakan parkiran terpusat Unnes yang sudah dilaksanakan. Parkiran terpusat ini diberlakukan dengan menggunakan enam titik tempat.
6 titik Parkir di Lingkungan UNNES yaitu :
  1.  Parkir terbuka samping kanan gerbang depan
  2. Parkir terbuka dan shelter samping kiri PKM dekat auditorium
  3. Parkir terbuka dan shelter di MUA
  4. Pakir gedung, terbuka dan shelter di GSG baru di belakang BNI 46
  5. Parkir terbuka dan shelter di MIPA
  6. Parkir terbuka dan shelter di dekat Lap. Atletik FIK
Parkiran terpusat ini bertujuan untuk mendukung unnes sebagai univeritas  konservasi dengan tidak menggunakan kendaraan bermotor pada areal kampus dalam waktu yang telah ditentukan. Waktu yang akan diberlakukan adalah pada pukul 07.00 sampai 16.00 WIB. Selain itu penerapan kebijakan ini dibuat sebagai bentuk keperdulian untuk mengurangi polusi di kampus.

Pandangan secara umum, hal ini sangat baik. Dengan tidak adanya kendaraan bermotor di dalam kampus. Setidaknya telah menjaga kesehatan para pengguna jalan dan civitas sekitar. kebijakan inipun akan menerapkan himbauan untuk berjalan kaki dan menggunakan sepeda serta ditunjang oleh beberapa fasilitas. Pembangunan jalan trotoar dan jalur khusus pengguna sepeda, bus kampus, sulther, dan rest area pada titik-titik jalan tertentu sebagai tempat berteduh sementara akan disediakan sebagai fasilitas penunjang.

Dalam hal kenyataannya penerapaan kebijakan “transportasi hijau” atau yang lebih dikenal dengan parkiran terpusat yang mengundang banyak pertanyaan. Yang sudah dilaksanaan pada awal tahun 2013 memang belum berjalan dengan baik. Dan berdampak baik bagi seluruh civitas akademika di unnes. Karena masih banyak fasilitas-fasilitas yang kurang mendukung. Seharusnya sebuah kebijakan haruslah ditempuh dengan tahapan-tahapan yang kiranya menjadi pertimbangan. Dalam hal ini penerapan kampus bebas kendaraan bermotor sudah dirancang tahapan-tahapan dari prencanaan sampai pelaksanaan. Tetapi yang dilihat sekarang adalah belum adanya sosialaisasi yang matang kepada seluruh civitas. Penerapan ini seakan-akan dilaksanakan tanpa ada “uji coba” sebagai respon sekitar. Contohnya melakukan sehari tanpa kendaraan bermotor atau car free day seperti yang dilakukan oleh pemerintah daerah tertentu. Nantinya akan mendapat analisis baik buruknya kebijakan ini.

Jika memang UNNES akan memberlakukan kebijakan transportasi hijau, ada baiknya jauh-jauh hari kawasan parkir sudah siap pakai. Supaya  saat kebijakan transportasi hijau diberlakukan, semua civitas akademika tidak punya alasan untuk tidak mematuhinya. Sehingga pilar-pilar  Konservasi bisa berjalan karena hanya ada bus kampus yang beroperasi, dan juga fasilitas-fasilitas yang mendukung.