Jumat, 26 April 2013

Pemanfaatan Lahan

                                 

Efisiensi penggunaan lahan di lingkungan kampus juga perlu mendapat perhatian. Idealnya harus ada perimbangan antara luas bangunan dengan ruang terbuka hijau. Minimal 30% lahan kampus sebaiknya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Selama ini ada kecenderungan bahwa banyak lahan-lahan di lingkungan kampus yang belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung ditelantarkan atau dibiarkan sebagai lahan tidur (sleeping land) atau ruang hilang (lost space). Padahal bila lahan yang ada dimanfaatkan bagi berbagai macam tanaman, termasuk tanaman produktif misalnya buah-buahan akan memberikan manfaat ganda. Disatu sisi tanaman dapat mendaurulang gas-gas CO2 di udara, sekaligus menghasilkan udara segar (oksigen) yang memberikan kenyamanan bagi lingkungan sekitarnya, yang berarti juga akan mengurangi pemanasan global, Sebagai kampus konservasi seharusnya bisa memanfaatkan lahan dengan menami pohon-pohon yang berbuah karena tanaman buah-buahan dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga kampus,  jangan Cuma hanya menanami pohon-pohon jati atau pohon-pohon besar saja. Dan juga ini merupakan melestarikan dan memanfaatkan keanekaragamn hayati.  Disamping itu dengan adanya vegetasi/tanaman dapat memberikan nilai estetika/keindahan tersendiri bagi lingkungan kampus.

Ruang Terbuka Hijau Meningkatkan Kualitas Mahasiswa

                                         
      Saat kita memperhatikan lingkungan kampus-kampus Universitas di Indonesia maka mungkin hasilnya akan bertolak belakang dengan saat kita membayangkan lingkungan kampus di negara-negara maju. Membayangkan para mahasiswa kita duduk di bawah pohon-pohon hijau dan beralaskan rumput yang segar, atau membayangkan para mahasiswa melepaskan lelah setelah kuliah di kelas, mengistirahatkan otak mereka dari tumpukan teori sambil bermain bola, atau permainan lainnya di lapangan hijau sangat mungkin jarang kita lihat.

     Penelitian yang dilakukan oleh McFarland dkk., (2008) dari Texas State University, San Marcos, TX., yang berjudul Relationship Between Student Use of Campus Green Spaces and Perceptions of Quality of Life yang telah dipublikasi pada jurnal ilmiah HortTechnology, 18: 196-319 membuktikan bahwa terdapat korelasi yang sangat nyata antara ruang terbuka hijau di kampusnya dengan kualitas hidup, termasuk kualitas akademik para mahasiswa tersebut.
     
     Berturut-turut sebanyak 66,8% dan 24,1 % mahasiswa termasuk pengguna “rutin” dan “medium” ruang terbuka hijau di kampus. Hanya sedikit (9,1%) mahasiswa yang “jarang” menggunakan ruang terbuka hijau di kampus. Menariknya, pengguna menengah dan rutin ruang terbuka hijau di kampus (yaitu total 90,1%) menunjukkan persepsi yang sangat positif terhadap kualitas hidupnya. Mereka dikelompokkan pada kelompok yang sangat optimis terhadap kehidupannya.

     Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengguna medium dan rutin terhadap ruang terbuka hijau di kampus memiliki pengalaman affektif (emosional) dan kognitif (intelektual) yang sangat baik. Kriteria yang diukur dalam penelitian ini antara lain adalah dimensi affektif, interaksi antar mahasiswa, interaksi mahasiswa dosen, dan beberapa domain kognitif lainnya. Secara umum dikatakan bahwa mahasiswa yang menggunakan ruang terbuka hijau di kampus mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menghadapi tantangan pembelajaran dibandingkan dengan yang tidak atau jarang menggunakan fasilitas ruang terbuka hijau.

     Menariknya, saat mahasiswa diminta pendapat sendiri, ada yang mengatakan bahwa “being outside on campus puts me in calm mood” (berada di luar kelas membuat saya berada dalam atmosfir yang tenang). Mahasiswa lain menulis “grass and plants are pretty and relaxing, concrete is not relaxing” (rumput dan tumbuh-tumbuhan adalah indah dan relaks, beton-beton sama sekali tidak relaks).

    Lingkungan yang baik sudah terbukti memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap kualitas hidup. Kaplan dan Kaplan (1989) melaporkan bahwa individu yang memiliki akses terhadap lingkungan alami akan lebih bahagia terhadap rumahnya, pekerjaannya, dan hidupnya secara keseluruhan. Beberapa penelitan telah menunjukkan bahwa interaksi dengan alam terbukti meningkatkan kesehatan psikologis dan fisiologis, termasuk peningkatan pengendalian diri dan penurunan kadar stress. Lebih lanjut, Zampini (1994) menagatakan bahwa keberadaan tumbuh-tumbuhan di sekitar kita dapat meningkatkan kepuasaan hidup secara ekonomis, sosial, budaya, dan fisik.