Saat kita memperhatikan lingkungan kampus-kampus Universitas di Indonesia
maka mungkin hasilnya akan bertolak belakang dengan saat kita membayangkan
lingkungan kampus di negara-negara maju. Membayangkan para mahasiswa kita duduk
di bawah pohon-pohon hijau dan beralaskan rumput yang segar, atau membayangkan
para mahasiswa melepaskan lelah setelah kuliah di kelas, mengistirahatkan otak
mereka dari tumpukan teori sambil bermain bola, atau permainan lainnya di
lapangan hijau sangat mungkin jarang kita lihat.
Penelitian yang dilakukan oleh McFarland dkk., (2008) dari Texas
State University, San Marcos, TX., yang berjudul Relationship
Between Student Use of Campus Green Spaces and Perceptions of Quality of Life
yang telah dipublikasi pada jurnal ilmiah HortTechnology, 18: 196-319
membuktikan bahwa terdapat korelasi yang sangat nyata antara ruang terbuka
hijau di kampusnya dengan kualitas hidup, termasuk kualitas akademik para
mahasiswa tersebut.
Berturut-turut sebanyak 66,8% dan 24,1 % mahasiswa termasuk pengguna “rutin”
dan “medium” ruang terbuka hijau di kampus. Hanya sedikit (9,1%) mahasiswa yang
“jarang” menggunakan ruang terbuka hijau di kampus. Menariknya, pengguna
menengah dan rutin ruang terbuka hijau di kampus (yaitu total 90,1%)
menunjukkan persepsi yang sangat positif terhadap kualitas hidupnya. Mereka
dikelompokkan pada kelompok yang sangat optimis terhadap kehidupannya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengguna medium dan rutin terhadap
ruang terbuka hijau di kampus memiliki pengalaman affektif (emosional) dan
kognitif (intelektual) yang sangat baik. Kriteria yang diukur dalam penelitian
ini antara lain adalah dimensi affektif, interaksi antar mahasiswa, interaksi
mahasiswa dosen, dan beberapa domain kognitif lainnya. Secara umum dikatakan
bahwa mahasiswa yang menggunakan ruang terbuka hijau di kampus mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk menghadapi tantangan pembelajaran dibandingkan
dengan yang tidak atau jarang menggunakan fasilitas ruang terbuka hijau.
Menariknya, saat mahasiswa diminta pendapat sendiri, ada yang mengatakan
bahwa “being outside on campus puts me in calm mood” (berada di luar kelas
membuat saya berada dalam atmosfir yang tenang). Mahasiswa lain menulis “grass
and plants are pretty and relaxing, concrete is not relaxing” (rumput dan
tumbuh-tumbuhan adalah indah dan relaks, beton-beton sama sekali tidak relaks).
Lingkungan yang baik sudah terbukti memberikan pengaruh yang sangat positif
terhadap kualitas hidup. Kaplan dan Kaplan (1989) melaporkan bahwa individu
yang memiliki akses terhadap lingkungan alami akan lebih bahagia terhadap
rumahnya, pekerjaannya, dan hidupnya secara keseluruhan. Beberapa penelitan
telah menunjukkan bahwa interaksi dengan alam terbukti meningkatkan kesehatan
psikologis dan fisiologis, termasuk peningkatan pengendalian diri dan penurunan
kadar stress. Lebih lanjut, Zampini (1994) menagatakan bahwa keberadaan
tumbuh-tumbuhan di sekitar kita dapat meningkatkan kepuasaan hidup secara
ekonomis, sosial, budaya, dan fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar